Berjalannya Waktu, Masjid ini tidak hanya
sebagai melakukan Ibadah saja namun juga dijadikan Tempat Wisata Religi yang
ramai dikunjungi oleh Penduduk Pekan Baru sendiri maupun dari berbagai Kota
Luar. Masjid ini tepat pada Pusat Kota Jalan Masjid No. 13, Kampung Bandar,
Desa Payung Sekaki, Kecamatan Senapelan. Sehingga dapat diakses dengan mudah
oleh Transportasi Umum, maupun kendaraan Pribadi.
Pengunjung dapat berziarah ke Makam Pendiri
Kota Pekanbaru Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah bergelar Marhum Bukit. Juga
makam Sultan Siak ke IV, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang
bergelar Marhum Minggu.
Sumber Foto : wisatamelayu.com
Sumber Foto : pegipegi.com
Tak jauh dari Masjid ini sekitar 300 Meter,
Pengunjung dapat mengunjungi Pasar Bawah yang merupakan Surga Belanja di Pekan
Baru yang merupakan Pasar Tertua yang dapat jadikan sebagai oleh-oleh
yang mulai dari lempuk durian, keripik nenas, keripik nangka, salai ikan patin,
dodol durian, kue bangkit, kacang jam, serta ada banyak lagi. Harga nya cukup
murah. Rata-rata di bandrol dari mulai Rp 17 ribu sampai Rp 35 ribu. Dan tak
hanya itu saja terdapat juga acam – macam Souvenir dan Cindera mata lainnya
juga t-shirt, gantungan kunci, miniatur perahu Lancang Kuning, kue khas Riau
serta banyak lagi yang dapat dijadikan Oleh – Oleh Khas Riau ini.
Bahkan Tidak jauh dari Pasar Bawah,
terdapat Tugu titik 0 pertama di Pekanbaruyang tepat berada di Pelabuhan Pelindo, Kelurahan Kampung Dalam,
Senapelan. Disarankan jika ingin mengunjungi Pelauhan Pelindo Saat menjelang
Sore, karena, banyak Pemandangan
yang dapat dilhat dengan Banyaknya
kesibukan orang-orang di pelabuhan ini. Dari mulai memancing, olahraga, sampai
duduk enjoy sembari melihat kapal-kapal besar bertumpu di Sungai Siakyang sungai terdalam di Indonesia.
Setelah menikmati Pemandangan Keramaian
Pelabuhan Pelindo, dapat dilanjutkan dengan mengunjungi tempat tinggal Tuan
Kadi di Jalan Senapelan Gang Tepi sekitar 500 meter dari Pasar Bawah Tuan kadi merupakan Peninggalan Kesultanan
Siak yang dijadikan persinggahan Sultan Syarif Kasim II saat berkunjung ke Kota
Pekan Baru. Terdapat juga Kamar Tidur yang dipakai oleh Sultan Suarif Kasim II,
juga digunakan sebagai tempat pembahasan mengenai bentuk masalah apapun serta
kiat membenahi Bandar Senapelan ini.
Masjid Senapelan ini memiliki sejarah
dahulunya saat kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan serta
menjadikan Senapelan yang sekarang lebih dikenal dengan Pekanbaru sebagai Pusat
Kerajaan Siak. Menjadi kebiasaan Raja Melayu saat itu, perpindahan pusat
kerajaan selalu diikuti dengan pembangunan " Istana Raja ", "
Balai Kerapatan Kebiasaan ", serta " Mesjid ". Ketiga unsur itu
harus di bangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, kebiasaan serta
ulama (agama) yang umum dimaksud " Tali Berpilin Tiga " atau "
Tungku Tiga Sejarangan ".
di Tahun 1762, dikerjakan upacara " menaiki " ketiga bangunan itu. Bangunan istana dinamakan " Istana Bukit " balai kerapatan kebiasaan dimaksud " Balai Payung Sekaki " serta mesjid dinamakan " Mesjid Alam " (yang mengikut pada nama kecil sultan Alamuddin yakni Raja Alam). Pada th. 1766, Sultan Alamuddin Syah wafat serta di beri gelar MARHUM BUKIT. Sultan Alamuddin Syah digantikan oleh puteranya Tengku Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Pada saat pemerintahannya (1766-1779), Senapelan berkembang cepat dengan kesibukan perdagangannya. Beberapa pedagang datang dari segala penjuru. Jadi untuk menyimpan arus perdagangan itu, dibuatlah satu " minggu " atau tempat pasar yang baru, minggu yang baru berganti dengan nama " Pekanbaru " hingga saat ini.
di Tahun 1762, dikerjakan upacara " menaiki " ketiga bangunan itu. Bangunan istana dinamakan " Istana Bukit " balai kerapatan kebiasaan dimaksud " Balai Payung Sekaki " serta mesjid dinamakan " Mesjid Alam " (yang mengikut pada nama kecil sultan Alamuddin yakni Raja Alam). Pada th. 1766, Sultan Alamuddin Syah wafat serta di beri gelar MARHUM BUKIT. Sultan Alamuddin Syah digantikan oleh puteranya Tengku Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Pada saat pemerintahannya (1766-1779), Senapelan berkembang cepat dengan kesibukan perdagangannya. Beberapa pedagang datang dari segala penjuru. Jadi untuk menyimpan arus perdagangan itu, dibuatlah satu " minggu " atau tempat pasar yang baru, minggu yang baru berganti dengan nama " Pekanbaru " hingga saat ini.
Berjalannya Waktu Masjid ini dijadikan untuk
menyebarkan Islan dan memberikan Pengetahuan tentang agama oleh seorang Ulama,
Sayid Osman. Perubahan yang begitu cepat membuat Masjid ini tidak bisa
menampung banyaknya Jamaah yang berdatangan. Sehingga, atas hasil musyawarah
Sultan Muhammad ALi, Sayid Osman, Datuk Empat Suku beserta beberapa pembesar
yang lainnya. untuk Pembesaran Luas Masjid ini dilakukan oleh ke empat "
Tiang Seri " disiapkan oleh Datuk Empat Suku, " Tiang Tua "
disiapkan oleh Sayid Osman, " Kubah Mesjid " disiapkan oleh Sultan
Muhammad Ali, sedang pelaksanaannya dikerjakan oleh semua rakyat. Hal ini
menunjukkan persebatian/kesatuan pada Pemerintah, Ulama.
Yang dimaksud dengan :
-
Sultan ialah Pucuk pemerintahan pemegang daulat
-
Datuk Empat Suku ialah Tiang pemerintahan
pemegang adat
-
Ulama ialah Tiang agama pemegang hukum syarak
-
Rakyat ialah Darah daging kerajaan pemegang Soko
Pusaka, petuah serta amanah
0 komentar:
Posting Komentar